Wednesday, June 2, 2010

Kamera Terbaik


Kamera terbaik di dunia tentunya adalah kamera yg selalu kita bawa kemana-mana. Menurut pengantar di salah satu buku National Geographic, rahasia untuk membuat foto yg luar biasa adalah “f8 and be there”. Untuk membuat foto tertentu mungkin diperlukan tipe kamera yg spesifik. Tapi yang paling penting tentunya untuk selalu berada di tempat ketika terjadi sesuatu dan membawa kamera untuk mengabadikan momen tersebut.


Kalo ada yg menanyakan bagaimana cara untuk memilih kamera, lensa atau merek apa yg sebaiknya dibeli, maka gue akan minta untuk:


1. Tanya diri sendiri: mengapa kita memotret?
Motret buat apa? Mencari nafkah, hobby, serious hobby, iseng, biar gaya? Alasan memotret bisa menentukan tipe kamera yg harus dibeli


2. Tentukan style yg disukai
Setelah tahu alasan motret misalnya buat nafkah, dan bisnis yg menghasilkan itu misal foto kawinan, jadilah stylenya wedding photography. Kalo buat serious hobby, style nya bisa macem-macem, dari landscape, macro, B&W, street dsb. Biasanya kalo baru mulai motret semuanya pengen dicobain tapi lama-lama tahu style mana yg paling diminati. Beda style bisa beda tipe kamera


3. Tentukan format camera dan lensa
Setelah tau alasan kenapa motret, udah tau style mana yg disuka, sekarang tentukan format kamera dan lensa yg mau digunakan. Belum ke merek dulu. Karena yg suka foto studio tipe kamera yg digunakan bisa berbeda dgn yg landscape atau macro misalnya. Bisa jadi kamera format 35mm baik analog atau digital tidak sesuai dgn style yg diminati, mungkin harus pake kamera medium format 6x6 atau large format untuk mendapat kualitas yg diinginkan. Memilih jenis lensa juga begitu. Kalo suka landscape akan butuh lensa lebar, kalo mau jadi wedding photographer mungkin tertarik dgn lensa 85 f1.4 dan sebagainya


4. Tentukan merek
Nah setelah tau kenapa motret, style yg disukai (atau terpaksa suka demi nafkah), dan tipe kamera dan jenis lensa yg dibutuhkan, baru tentukan brand. Kalo mau lihat contoh hasil dari kamera dari berbagai merek dgn tipe tertentu, bisa dgn mencoba search foto di Flickr yg sudah di tag. Kalo bisa cari yg Post Processing nya minimal. Review dari website yg memberikan kurva-kurva dan grafik kalo menurut gue terlalu teknis untuk orang kebanyakan, mending lihat contoh langsung aja deh! Bisa juga dalam memilih brand ada faktor lain yg menjadi penentu, misalnya tinggalnya di tempat di mana semua orang pake Canon. Jadi ikut beli Canon buat bisa pinjem-pinjeman lensa


5. Merek apapun yg dibeli, investasi di lensa bukan body
Terutama di jaman digital spt sekarang, harga body kamera bisa jatuh sangat cepat. Body camera digital yg 6 megapixel beberapa tahun lalu mungkin mahal bgt, kalo sekarang sudah sangat murah. Lensa bagus bisa bertahan utk dipakai lama, dan harga lensa bagus juga jauh lebih bertahan daripada body.


Sebagai contoh dari pengalaman pribadi, baru-baru ini gue menjual Canon 5D dgn semua lensa karena merasa kamera ini sudah tidak sesuai dgn style yg gue minati. Gue yakin dgn apa yg gue ingin lakukan dari photography, gue tahu apa yg gue butuhkan dari kamera, dan gue punya jawaban buat semua pertanyaan di atas. Dan akhirnya gue membeli: Leica M6 range finder film kamera, dgn lensa 35 f2 Summicron ASPH!



Leica M6 won’t cover my face


Mengapa gue memutuskan buat kembali lagi ke film? Debat ttg Digital vs. Film sudah terjadi beberapa tahun terakhir gue gak akan bahas lagi di sini. Alasan gue beli film sebenernya karena gak mampu buat beli Leica M digital terbaru yaitu M9, sehingga akhirnya gue memutuskan buat memakai semua uang hasil penjualan 5D utk sebuah lensa baru 35 f2 Summicron ASPH. Satu lensa yg cukup untuk 90% foto yg akan gue buat. Untuk body gue beli Leica M6 yg sudah berumur 20 tahun. Kamera yg serba manual, batere diperlukan hanya untuk memakai light meter, tampilan yg menarik dan konstruksi yg kokoh, dan kamera ini memberi gue control sepenuhnya sbg seorang photographer.



What is going on?


Gue suka kamera range finder karena ukurannya yg relatif kecil dibandingkan kamera SLR. M6 tidak akan menutupi muka sehingga gue tidak merasa bersembunyi dibalik kamera. Lensa prime dgn bukaan f2 spt Summicron ukurannya jauh lebih kecil daripada lensa dgn bukaan yg sama di SLR. View finder di kamera RF membuat gue bisa melihat frame untuk lensa 35mm, dan juga diluar frame. Jadi ketika gue melihat dgn view finder gue bisa tahu apa yg sedang terjadi di luar frame juga, yg membuat gue bisa memperbaiki komposisi atau menunggu momen yg lebih tepat sebelum menekan tombol shutter. Dan kamera RF tidak mengalami mirror flap ketika tombol shutter ditekan, yg berarti gue bisa melihat dgn jelas momen apa yg sedang gue tangkap karena gue tidak akan mengalami fenomena black out di view finder.



Ayesha curious


Tentunya begitu gue menerima kiriman paket Leica M6 dari ebay dan lensa baru Summicron dari Adorama, roll pertama gue habiskan untuk memotret keluarga, anak-anak, kucing dan hal-hal yg terjadi di rumah. Gue suka bgt dgn warna yg dihasilkan Kodak Ektar 100. Untuk hitam putih gue pakai film C41 Ilford XP2 Super 400BW. Untuk mendapat skin tone yg natural dan portrait sepertinya Kodak Portra 160NC adalah pilihan terbaik.



I want to play outside


Film kamera belum mati. Gue masih bisa membeli film dgn mudah, walaupun untuk mendapat film professional gue belum nemu tempat yg jual di Dubai dan harus pesan langsung dari B&H atau Adorama. Di Dubai ongkos buat memproses dan men scan film adalah sekitar 5 USD per satu roll. Suatu ketika mungkin gue akan beli scanner sendiri. Gue juga akan lebih senang jika berhasil menemukan lab BW professional sehingga bisa pakai film BW beneran spt Ilford Delta atau Kodak Tri-X. Tapi untuk sementara gue masih senang dgn pilihan yg ada sekerang. Gue selalu membawa Leica M6 kemana-mana dan gue merasa lebih antusias dgn photography.



She likes to take nap


Buat gue, dalam photography itu keseluruhan experiencenya yg penting. Seperti halnya memancing. Kalo mau dapet ikan buat dimakan beli aja ke supermarket. Tapi experience memancing itu yg penting, walau terkadang pulang gak bawa ikan.


I like to capture life around me as it happens. Using natural light. Handheld. Full manual that can give me all the control. And a prime lens. As simple as life itself.



Why daddy always follows me with that black thingy?


Semua photo di atas diambil dgn menggunakan Leica M6, 35 f2 Summicron ASPH lens, Ilford XP2 Super 400 film, Kodak Ektar 100 film, Kodak Portra 160NC film, di developed dan scan di one-hour service lab, tidak ada digital post processing, tidak ada cropping.


That’s how I remember what photography is all about.