Monday, August 17, 2009

Project Riyadh


Ini adalah minggu ke-6 gue mengerjakan Project Riyadh dan mudah-mudahan minggu yg terakhir. Waktu gue diberi tahu untuk terlibat di project ini scope nya adalah: memimpin team untuk memperbaiki design dgn melakukan migrasi 15000 VPN customer dalam waktu 3 minggu. Waktu itu pikiran gue hanya terfokus ke angka-angka tsb, karena dgn melakukan perhitungan matematis sederhana jika mengasumsikan team bisa bekerja tanpa berhenti maka ada 700 customer yg harus di migrasi setiap malam.


Ketika gue mendarat di Riyadh minggu kedua bulan Juli kemarin gue menyadari bahwa tantangan utamanya bukan me migrasi customer, sebanyak apapun per malam. Tidak ada informasi yg jelas ataupun dokumentasi ttg kondisi infrastruktur network dan network services. Setiap project migrasi network sangat tergantung pada informasi. Informasi ttg kondisi network yg sekarang. Informasi ttg network yg baru setelah migrasi. Kemudian kita harus membuat jembatan yg menghubungkan antara network yg sekarang dgn network yg baru. Kita harus membuat metodologi dan prosedur untuk memastikan masa transisi berjalan lancar. Pendekatan yg tepat sehingga proses migrasi tidak akan mengganggu bisnis sehari-hari.


Tanpa informasi yg cukup, sangat sulit untuk bisa membuat prosedur yg benar. Tanpa informasi yg benar, metode dan proses yg direncanakan bisa salah total. Tanpa informasi, tidak ada jembatan.


Untungnya gue dikelilingi oleh engineer-engineer terbaik di team. Gue masih inget Harry Stamper pernah bilang “I’m only the best because I work with the best”. Seperti klaimnya para Joe’s: when all else fails, we don’t. Ketika team yg lain mungkin akan menolak mengerjakan sesuatu dgn sangat terbatasnya resource, tidak adanya informasi dan juga target yg sangat singkat, gue dan team memutuskan untuk melanjutkan project sebaik mungkin.


Gue melakukan banyak kesalahan di minggu pertama, tapi dgn melakukan kesalahan gue juga belajar banyak hal ttg kondisi infrastruktur network yg sekarang. Setup customer sangat unik sehingga tidak mungkin proses migrasi di simulasikan di lab. Gue harus memimpin eksekusi migrasi dan membangun prosedur di saat yg bersamaan. Gue belajar bagaimana cara melakukan migrasi dgn cara melakukannya secara langsung. Rata-rata engineer di team gue bekerja lebih dari 16 jam sehari. Dan setelah beberapa minggu, akhirnya gue berhasil membuat proses migrasi, metode dan prosedur yg komplit, yg semuanya di dokumentasikan. Dgn adanya dokumentasi yg benar ttg proses migrasi membuat siapa saja akan bisa melanjutkan kerjaan gue meskipun gue sudah tidak ada lagi di sini.


Project ini mungkin tidak akan mencapai tingkat teratas dari daftar project yg gue sukai tapi gue tetep senang karena team yg gue pimpin berhasil melakukan sesuatu yg sempat dikatakan tidak mungkin dan tidak masuk akal. Di project ini gue harus menjadi network architect, technical lead, engineer yg juga ikut ngoprek dan megang console, sampai ke tingkat project manager buat mengalokasikan resource, mengatur jadwal dan lain-lain. Gue memang butuh waktu lebih dari 3 minggu, dan kemungkinan project ini baru selesai minggu depan. Tapi gue mengkomunikasikan ini ke customer, bahwa karena sangat sedikitnya informasi maka resiko di project harus dibagi. Dan salah satu resiko adalah waktu yg dibutuhkan menjadi lebih lama, terutama karena gue menemukan bahwa ada banyak network service lain yg harus di migrasi selain VPN customer. Gue bukan tipe orang yg suka membuat alasan. Jadi gue terus terang bilang ke customer ttg semua tantangan di project ini. Dan dgn bekerja sbg satu team, apapun mungkin dilakukan.


Kemarin bangsa Indonesia memperingati hari kemerdekaan. Gue juga berharap hari kemerdekaan gue dari project ini akan segera datang.


Buat yg mengikuti blog gue tentu tahu kalo gue harus melakukan hal lain yg sangat penting minggu depan. Karena tekanan yg sangat tinggi dari Project Riyadh, gue tidak punya kesempatan untuk mempersiapkan diri buat minggu depan. Tapi gue akan mencoba melakukan yg terbaik, seperti biasa.


Kurang persiapan, ya. Kurang percaya diri, tentu tidak.

Project London, here I come.