Sunday, October 25, 2009

Advanced CCIE Lab


Gue baru saja menyelesaikan ujian lab utk program sertifikasi internal dari perusahaan. Tentunya gue tidak bisa menceritakan secara detil, tapi gue ingin berbagi pendapat ttg bagaimana ujian lab yg seharusnya, berdasarkan pengalaman gue ujian lab kemarin.


Gue pernah bilang bahwa sertifikasi tidak ada artinya tanpa pengalaman. Lulus ujian lab yg sangat sulit spt CCIE put tidak langsung membuat kita menjadi expert. Sertifikasi hanya bisa membuat kita memiliki skill mendasar sbg pondasi, dan kemudian kita harus mengasah skill lebih lanjut setelah itu dgn terjun ke project yg sebenarnya dan menambah pengalaman di dunia nyata.


Tapi pernahkan kita menanyakan, seberapa jauh skill yg diujikan di lab dibandingkan dgn skill yg diperlukan utk kerja di dunia nyata? Sebagai contoh, setelah kita lulus ujian CCIE SP, apakah kita bisa langsung terjun untuk meng handle jaringan Service Provider yg besar, atau masih banyak hal-hal yg harus dipelajari terlebih dahulu?


Gue akan menuliskan pendapat gue ttg bagaimana ujian lab yg seharusnya. Seperti biasa, ini cuma pendapat pribadi. Dan pendapat seperti hidung, semua orang pasti punya satu.


1. Ujian lab seharusnya menggunakan hardware yg real


Dari daftar hardware yg digunakan di CCIE SP lab, misalnya, terlihat bahwa hardware yg digunakan bukan hardware yg biasa digunakan di SP network. Cisco 7200 memang bagus, tapi bukan buat jadi P router! Apalagi masih ada Cisco 2800 bahkan 2600 di SP lab.


SP lab seharusnya menggunakan high-end router spt CRS, ASR dan 7600. Jika beberapa CRS utk membuat lab dianggap terlalu mahal, maka satu CRS yg di partisi secara fisik dgn menggunakan konsep Secure Domain Routing juga bisa. SP besar sudah umum menggunakan IOS XR, sehingga minimal jika tidak bisa pakai CRS di lab paling tidak ada GSR XR sbg P router. Untuk PE seharusnya menggunakan ASR 9000 atau paling tidak Cisco 7600 dgn RSP dan ES+ card.
Terlalu muluk? Mungkin, tapi hardware-hardware tsb memang yg biasa digunakan di SP network.


Sama halnya dgn CCIE Routing & Switching. Jika track ini dianggap mewakili network Enterprise yg besar, maka setidaknya ada Cisco 6500 utk digunakan di ujian lab.


2. Ujian lab seharusnya menggunakan skenario yg nyata


Setelah kita selesai mengkonfigur hardware di lab, lalu apa? Menjalankan ping test? Memeriksa config? Menjalankan show commands? Itu semua tidak cukup utk menguji skill yg nyata!


Ujian lab seharusnya menggunakan traffic generator utk mensimulasi traffic. Dgn adanya traffic di network kita bisa memeriksa, misalnya, jika fitur Quality of Services benar-benar bekerja. Ujian lab juga harus menguji pemahaman kandidat dalam skenario failover, karena ini adalah kebutuhan primer dari setiap Service Provider. Bagaimana kita bisa tahu bahwa fitur Fast Convergence sudah dijalankan dgn benar? Dgn cara memeriksa BFD neighbors menggunakan show command? Dgn cara melihat config dari Non Stop Forwarding dan Graceful Restart?


Cara terbaik adalah dgn mensimulasikan traffic di network dan melihat apakah konfigurasi yg sudah dilakukan, atau skenario jika terjadi failover, akan memberikan dampak ke traffic tsb. Bahkan skill utk memahami dan men set traffic generator itu sangat penting dalam pekerjaan sehari-hari.


3. Ujian lab seharusnya menguji skill dgn cara yg benar


Tidak cukup dgn hanya menanyakan kandidat utk mengkonfigur atau melakukan troubleshooting di ujian lab. Beberapa orang mungkin bisa mendapat soal ujian dgn berbagai cara kemudian menghapal cara menjawab soal-soal tsb.


Cara terbaik utk menguji pemahaman yg mendalam dari seorang kandidat ujian lab adalah dgn cara meminta kandidat tsb utk melakukan verifikasi dari hal yg sudah dilakukan dan menjelaskannya secara detil. Sbg contoh, dalam test fast convergence, kandidat harus memberikan output dari hasil test convergence time ketika terjadi link failure dan menjelaskan mengapa ada perbedaan ketika link down dan link up (ketika link kembali bekerja setelah failure atau yg biasa disebut restorasi). Apakah si kandidat bisa menjelaskan mengapa convergence time bisa berbeda jika PE router crash dibandingkan ketika P router yg crash?


Pertanyaan-pertanyaan sulit dan menjebak spt di ujian CCIE yg sekarang masih tetap penting. Skill troubleshooting masih tetap penting utk diuji di lab. Tapi si kandidat lebih diminta utk bisa menjelaskan “MENGAPA”. Tidak hanya bagaimana cara mengkonfigur dgn cara ini maupun itu, tapi juga harus bisa menjelaskan mengapa traffic di network berprilaku seperti begini maupun begitu ketika fitur tertentu dijalankan maupun ketika terjadi hal-hal spt skenario failure di network.


Tentu saja tidak fair utk selalu membandingkan antara lab “ideal” gue dgn ujian lab yg sudah umum seperti CCIE.


Dalam hal hardware di lab, misalnya. Hardware yg sebenarnya tidaklah murah. Jadi mungkin vendor ujian bisa menyediakan 1 atau 2 lab yg komplit, yg bisa mensimulasikan hardware di dunia nyata utk kandidat dari seluruh dunia. Pendapat gue ttg ini: tidak masalah. Toh ujian lab bisa dilakukan secara remote. Dan ujian lab yg gue jelaskan di atas memang lebih advance dan spesifik utk skill tertentu. Jadi bisa saja Cisco akan membuat “Advanced CCIE lab” dgn fokus skill teknis yg lebih spesifik, dan kandidat harus sudah punya CCIE utk mengambil lab advance ini. Jadi akan ada banyak track yg spesifik, sbg contoh CCIE SP-NGN, CCIE SP-IPTV, CCIE SP-Wimax dan sebagainya. Dengan banyaknya pilihan dari advanced track, maka kandidat bisa memilih mana yg lebih cocok dan membantu dalam pekerjaan sehari-hari, sehingga jumlah kandidat akan didistribusikan ke banyak track utk menghindari antrian yg terlalu panjang.


Jika waktu mengijinkan, semua penjelasan harus dilakukan dgn interview singkat, tidak cukup hanya dgn tertulis. Bagaimana jika English bukan bahasa sehari-hari dari si kandidat? Tidak masalah. Karena ini kan remote lab, jadi bisa dilakukan dari berbagai negara. Sehingga si kandidat bisa mendapat proktor atau penguji di lab yg berbahasa sama. Dan ujian lab ini bisa mengambil waktu 2 hari spt ketika CCIE di tahun 2001 dulu. Hari pertama bisa utk membangun network secara keseluruhan. Hari ke-2 pagi bisa utk menjalankan traffic generator dan verifikasi dari network. Hari ke-2 sore bisa utk sesi troubleshooting. Di akhir setiap sesi selalu ada interview agar si kandidat bisa menjelaskan apa yg sudah dilakukan, dan menjelaskan prilaku dari traffic di network utk skenario yg berbeda-beda.


Tentunya di advanced CCIE track ini tujuan utamanya adalah menyiapkan kandidat yg mampu utk langsung bekerja di dunia nyata setelah mereka lulus, dgn cara memperkecil jarak antara materi yg diujikan di ujian lab dgn skill set yg dibutuhkan di dunia nyata, dan bukan utk mengejar target jumlah orang yg lulus.


Apakah ini semua mungkin terjadi atau hanya mimpi? Siapa tahu. Suatu hari nanti mungkin vendor ujian lab spt Cisco akan membuat track sertifikasi baru di atas sertifikasi CCIE, dan mereka mungkin akan mempertimbangkan semua poin-poin di atas.