Monday, June 30, 2008

How Did You Watch Euro2008?


Bulan Juni kemaren bener-bener bulan yg berat buat gue. Meskipun gue sudah mengklaim sebagai ‘gelandangan internasional’ tapi ternyata menyelesaikan 2 project migrasi besar dan mengerjakan 3 project yg lain di 5 negara yg berbeda di bulan yg sama ternyata benar-benar melelahkan. Even I have to admit it was really fun. Terbang dari Jakarta trus tidur di Changi Airport singapore, trus terbang lagi ke Ho Chi Minh, menyelesaikan final step dari migrasi project di sana, langsung terbang ke Taiwan buat kick off untuk project baru, pulang ke Singapore cuman untuk tidur lagi di airport terus langsung terbang ke Kuala Lumpur, kemudian setelah selesai mengerjakan migrasi di sana langsung terbang ke Jakarta buat meeting, ini cuma contoh yg harus gue lakukan dalam kurun waktu 2 minggu.


Untungnya selama bulan Juni ada Euro 2008 (heheh selalu ada untungnya yah!). Dan untungnya lagi team kebanggaan gue Spanyol berhasil juara, apalagi karena gue udah beli kaosnya heheh. Spanyol memang negara hebat, punya team sepakbola bagus terus punya Fernando Alonso (yang sayangnya belum dapat mobil kompetitif dari Renault) dan Dani Pedrosa (meskipun gue suka perjalanan hidup Rossi tapi gue juga mendukung Dani karena postur tubuhnya yg kecil namun bisa jadi kandidat kuat untuk juara MotoGP tahun ini), dan juga Rafael Nadal yg sekarang sedang berjuang di Wimbledon. Kadang memang kalau sedang sibuk banget dan banyak tekanan salah satu cara untuk melepaskan rasa stress adalah mengikuti kejuaraan olahraga di TV.


Ngomong-ngomong tentang Euro 2008, gue berusaha menonton semua pertandingan dan ini adalah daftar lokasi tempat gue menonton:


Final - in Hotel, Kuala Lumpur
Semi Final - 1 in Changi Airport and 1 in Hotel, Taiwan
Quarter Final - 1 in Changi Airport, 1 in Customer site (during migration), 2 in Hotel, Saigon
Qualification - 4 in friend’s home, 4 in the office (Internet TV), 1 in Hard Rock Cafe KL, 3 in hotel in KL, 1 in Changi Airport, rest either at own home or didn’t watch


Time flies pada saat ada hal seperti kejuaraan Euro 2008 meskipun kerjaan sedang banyak tekanan. Dan kabar lain yg sama bagusnya: gue udah dapet buku Performance Riding dari amazon bersamaan dgn kabar yg barusan gue terima kalo Ninja 250R merah gue udah dateng. Saatnya belajar cornering dan trail braking ;)


This month will be another interesting month. Alhamdulillah.



Saturday, June 14, 2008

Inspired by Rossi


Sudah lama gue mengikuti balapan Valentino Rossi di MotoGP. Tapi mungkin baru tahun ini gue berusaha menonton setiap grand prix, walaupun itu membuat gue harus nonton di hotel, di Airport sampai di rumah teman. Apalagi semenjak gue tidak meneruskan kontrak apartemen di Singapore gue menjadi gelandangan setiap kali berada di negara home based gue itu.


Banyak hal yg gue pelajari dari Rossi, seperti yg tertuang di buku autobiography nya. Salah satu quote yg gue suka: “When I put on my suit, get on my bike and make my way to the start line, my brain is free of every single thought apart from those directly linked to my riding of the bike. I can isolate everything else, nerves don’t bother me, I don’t even think, once that visor comes down, that my reputation, or my title, or even my career might be at stake.”


Ini merupakan pelajaran berharga tentang bagaimana kita harus fokus dgn hal yg sedang dihadapi, meskipun banyak hal lain yg seharusnya dapat mengganggu pikiran kita. Sama halnya ketika kita sedang mengambil ujian CCIE lab, walaupun banyak tekanan tapi memikirkan bahwa kita harus lulus jika tidak dipecat, atau mengingat-ingat banyaknya uang yg dikeluarkan, atau meratapi kenyataan bahwa kita sudah tidak lulus berkali-kali padahal ada junior kita yg satu kali ujian juga lulus, itu sangat tidak membantu. Lebih baik tutup visor dan kerjakan saja.


Hal lain yg gue suka dari juara dunia 7 kali ini adalah ketika Rossi memutuskan untuk pindah dari Honda ke Yamaha di akhir tahun 2003. Pada saat itu Honda begitu superior karena menjuarai Grand Prix selama berturut-turut dan banyak orang bilang kalau ingin menang itu harus pakai motor Honda. Rossi membuktikan bahwa yg terpenting itu tetap raider, man behind the wheel, dan bukan motornya sendiri. Dia pindah ke Yamaha yg pada saat itu merupakan team yg tidak diperhitungkan, untuk kemudian menjadi juara dunia tahun 2004 dan 2005.


Mungkin karena terlalu terpengaruh dgn Rossi atau mungkin karena terlalu banyak menonton MotoGP maupun World Superbike di TV, akhirnya gue memutuskan untuk membeli Kawasaki Ninja 250R yg baru di release bulan lalu. Nama gue masih berada diurutan ke sekian di daftar pemesan sih, dan mudah-mudahan bulan depan motornya sudah bisa gue dapatkan.


Ada yg bertanya, buat apa gue beli motor di Indo sedangkan gue sendiri selalu traveling di luar? Bahkan bulan ini gue bakal menjalani yet another long journey di mana gue harus terbang dari KL ke Singapore terus ke Vietnam untuk kemudian ke Taiwan dan kembali lagi ke KL. Dalam perjalanan itu juga gue harus melakukan migrasi buat 2 customer. Dan ini berarti gue tidak akan ada di Indo sampai akhir bulan.


Jawabannya karena gue gak mau menunggu. Gue gak mau menunggu sampai kerjaan gue stabil kayak orang-orang kebanyakan baru mau menikmati hidup. Gue gak mau bilang nanti saja tunggu gue menetap baru mulai beli ini itu. Gue mau menikmati setiap saat yg ada. I want to live every second of my life. Dan paling tidak nanti setiap kali gue pulang ke Bandung ada hal lain yg gue lakukan di luar kerjaan gue.



Kalo kata Kung Fu Panda: Yesterday is history. Tomorrow is a mystery. But today is a gift. That is why they call it a present.


Gue juga udah pesen buku Performance Riding Techniques untuk belajar bagaimana caranya menikung seperti Rossi maupun melakukan late braking. Ini motor memang cuman 250 cc dan powernya pun jauh dari kelas MotoGP 250 nya Doni Tata, tapi kita harus selalu mulai dari langkah satu kan? Siapa tahu ini jadi karir gue berikutnya kalo udah bosen jadi Triple CCIE ceile


“Just think, what if I had never raced motorbikes. How things would have been so different. Just think, what if I had never tried it.”
- Valentino Rossi -