Ketika Cisco Systems membuat router yg kemudian menjadi produk router komersial pertama di dunia, tujuan utamanya adalah mengkoneksikan network dgn media fisik dan protocol yg berbeda. Saat itu tidak ada niatan untuk membedakan produk router utk berbagai segment yg berbeda, misal untuk Service Provider atau Enterprise. Hasilnya adalah produk-produk router tanpa ada pemisahan yg jelas di spesifikasi teknis untuk segment pasar yg berbeda. Semuanya menjalankan legacy IOS yg sama dan setiap router bisa menjalankan semua fitur walaupun tidak diperlukan.
Untungnya Cisco menyadari bahwa tidak ada satu produk untuk menjadi solusi dari semua kebutuhan. Sebuah project rahasia mulai dijalankan di akhir tahun 90-an untuk membuat next generation router dgn arsitektur hardware baru dan juga operating system yg baru. Ketika Cisco CRS-1 diluncurkan bulan Mei 2004 jelas terlihat bahwa produk ini adalah jawaban dari kebutuhan para Service Providers untuk core router yg handal, memiliki performance tinggi dan skalabilitas. Dan produk yg baru saja merayakan 5 tahun peluncuran bulan lalu itu terus berhasil mengalahkan ekspektasi dan sudah digunakan di lebih dari 300 service providers di dunia.
Setelah berhasil membuat suatu produk seperti ini, apa langkah selanjutnya? Tentunya berusaha membuat produk lain dgn cara menggunakan teknologi yg sudah berhasil dikembangkan. Arsitektur hardware dan IOS XR yg sudah terbukti kembali digunakan di produk baru Cisco ASR9000 router. Gue pribadi sangat bersemangat dgn produk ini karena tidak saja Cisco berhasil meluncurkannya di tengah krisis ekonomi global (ada beberapa produk lain yg sudah dibangun selama bertahun-tahun tapi harus dibatalkan karena krisis, dan mungkin kita harus menunggu kondisi ekonomi untuk membaik sebelum bisa melihat inovasi-inovasi baru lagi) dan juga ASR9000 menggunakan arsitektur hardware yg mirip dgn CRS-1 yg sudah terbukti di banyak production network.
Cukup sudah ngomongin sejarah, saatnya untuk membahas poin utama di tulisan gue ini.
Seperti kita tahu kebutuhan akan IP Video services menjadi faktor utama untuk mengembangkan banyak teknologi. Kita hidup di jaman High Definition di mana kualitas gambar DVD pun sudah tidak cukup. Dan kita mau video tsb bisa dikirim ke TV kita di rumah melalui network. Dulu kita sudah cukup puas dgn YouTube tapi sekarang kita ingin lebih. Kita mau kualitas yg lebih tinggi. Kita mau agar bisa menonton film secara utuh. Kita ingin punya kontrol kapan dan di mana kita mau menonton film. Video harus selalu tersedia kapan saja dan di mana saja selama kita masih terkoneksi dgn network.
Ini berarti kita memerlukan network dgn performance tinggi untuk bisa mengirim video. Kita harus memastikan paket-paket digital dari video bisa di switch secepat mungkin oleh network. Kita butuh storage yg semakin besar buat menyimpan video. Dan jangan lupa paket video ini harus berkompetisi dgn paket jenis lain di network. Ini berarti fitur Quality of Services harus bisa digunakan untuk untuk berbagai tipe paket dan menjamin service ini.
The Buggles pernah bilang Video Killed the Radio Star. Tapi saat ini video juga membunuh bandwidth, membuat infrastruktur network dan router-router bekerja di performance maksimum, dan memenuhi penyimpanan di storage kita dgn cepat. Dan Cisco adalah pemimpin industri di service ini dgn memiliki semua produk yg diperlukan untuk memberi end-to-end video service.
Ketika vendor-vendor lain sibuk mengkampanyekan bagaimana mereka bisa dengan cepat membawa fitur-fitur yg bekerja secara independen ke market, Cisco sudah melakukan hal yg jauh lebih maju. Tidak saja Cisco bisa menyediakan semua produk yg diperlukan untuk membangun solusi yg komplit, tapi juga mereka menunjukkan bagaimana solusi ini bisa dibangun berikut dgn hasil test yg dilakukan oleh third-party testing vendor.
Light Reading dan EANTC kemaren mengeluarkan laporan tentang bagaimana mereka menguji Cisco’s IP Video Service Delivery network. Test nya meliputi: the high availability with sub-second failover time for all network services, in-line video quality monitoring, massive scalability of IP video services and storage area network solutions and virtualization. Produk yg digunakan di dalam solusi adalah Cisco CRS-1, ARS9000, Cisco 7600-S dan Nexus.
Hasilnya adalah sebagai berikut:
- 8,188 multicast groups were replicated across 240 egress ports in a point of presence (PoP), showing that Cisco could serve 1.96 million IP video subscribers in a single metro PoP
- Accurate in-line video monitoring was demonstrated for video distribution and contribution over IP
- Sub-50 millisecond failover and recovery times were shown for video distribution and secondary distribution networks using, for the first time in a public test of Cisco equipment, point-to-multipoint RSVP-TE
- No video quality degradation in the face of realistic packet loss in the network
- Excellent quality of service (QoS) enforcement in Cisco’s new ASR 9010 router for both fabric oversubscription and head-of-line blocking
- Hitless control plane failover for converged network
Seperti gue pernah bilang, TV is evil. Tapi on-demand TV bukan. Karena sekarang kita yg pegang kontrol TV kita sepenuhnya.
Silahkan membaca hasil laporan dari test tsb.
No comments:
Post a Comment