Jawdat didirikan dengan misi untuk berkompetisi di pasar global dan mensejajarkan diri dengan perusahaan-perusahaan asing besar di bidang Teknologi Informasi dengan memanfaatkan talenta-talenta muda Indonesia. Dimulai dengan menyediakan jasa konsultasi dan pelatihan sampai menjadi penyedia solusi dan membuat software sehingga menjadi satu-satunya tech startup di Indonesia yang memiliki produk buatan sendiri untuk melakukan otomasi infastruktur IT, Cloud dan IOT.
Produk Dbots buatan Jawdat yang digunakan oleh TelkomTelstra mampu membantu menurunkan biaya operasional sampai lebih dari 80%, dan banyak mendapat penghargaan seperti World Communication Award 2017, ACA Innovation Award 2017, dan Stevie Winner Award 2017. Produk Cruiser digunakan oleh group Telkom untuk memberikan informasi dari sisi bisnis ketika ada masalah di jaringan telekomunikasi. Dan produk Hyperion digunakan oleh Lintasarta untuk mengotomasi jaringan fiber optik tanpa perlu melakukan investasi di hardware.
Keberhasilan anak-anak muda Indonesia di Jawdat untuk menyediakan jasa dan membuat produk berkualitas tentunya harus diiringi dengan kepemimpinan yang kuat untuk bisa mengakomodasi mereka. Saya sebagai founder sudah mencari calon pemimpin ideal untuk Jawdat sejak awal 2018, pemimpin yang memiliki visi, pekerja keras dan juga bisa menginspirasi talenta-talenta muda Indonesia. Alhamdulillah hari ini saya menyatakan sudah berhasil menemukan orang tersebut.
Yeni M. Ariani adalah teman baik semenjak saya masih bekerja di Cisco Systems belasan tahun yang lalu ketika beliau masih menjadi Account Manager untuk group Telkom dan Telkomsel. Memiliki 20 tahun lebih pengalaman di industri, Yeni merupakan contoh profesional wanita yang mampu menonjolkan diri di dunia IT yang cenderung didominasi oleh pria. Di tahun 2017 Yeni berhasil menghasilkan penjualan 18 juta USD untuk Cisco melalui strategic planning, partnership management, dan business relationship. Yeni juga mencatat penjualan software terbesar ketika masih bekerja di F5 Networks. Di luar telco, Yeni memiliki pengalaman memimpin deal jutaan dollar dengan customer dari berbagai bank nasional di Indonesia.
Selamat bekerja untuk Yeni. Dan selamat untuk seluruh team Jawdat Indonesia.
Himawan Nugroho
Founder
Transforming Generations
Tuesday, October 29, 2019
Friday, May 17, 2019
Mengapa Saya Membuat YouTube Channel?
Waktu saya masih tinggal di Dubai, setiap kali sedang ke Indonesia selalu mencoba menyempatkan diri untuk berkunjung ke sekolah dan kampus-kampus di berbagai kota. Sekedar untuk sharing pengalaman pribadi dan pengamatan dari perjalanan hidup di luar negri, atau berbagi ilmu tentang teknologi terbaru, atau bercerita tentang perkembangan industri dan tips dalam berkarir, dengan harapan generasi berikutnya bisa mendapat pelajaran dari hal-hal tersebut dan menjadi masukan untuk mereka dalam mengambil keputusan di masa depan.
Setelah saya pindah ke Swiss, jarak yang cukup jauh untuk pulang (membutuhkan sekitar 16 jam penerbangan, dengan transit dan proses di airport ketika pergi dan sampai, total waktu yang dibutuhkan bisa mencapai sehari semalam) membuat waktu di Indonesia menjadi lebih sedikit. Ditambah kondisi startup saya di Jakarta yang sedang membutuhkan perhatian khusus, membuat kecil kesempatan untuk bisa kembali bertemu dengan pelajar dan mahasiswa.
Oleh karena itu saya mencoba cara baru untuk tetap bisa berbagi cerita yaitu dengan menggunakan media YouTube dan membuat channel "Transforming Generations". Sejak awal saya memilih workflow yang sederhana agar bisa rutin untuk melakukannya: durasi video yang tidak terlalu lama, lokasi pembuatan di berbagai tempat di kantor Google Zurich, satu kali pengambilan video dan membiarkan jika ada kesalahan, dan proses post editing yang sederhana pula sekedar menambahkan text dan gambar jika diperlukan.
Dan saya meluncurkan 8 video pertama sebagai Minimum Viable Product (MVP) untuk melihat apakah cara ini bisa diterima oleh target audience, dan untuk mendapat feedback secepatnya sehingga ke depannya saya bisa memperbaiki atau mengubah format atau mengganti topik dan lain-lain.
Oleh karena itu sekarang saya sedang mencari feedback dari kalian. Barangkali kalian pernah menonton video-video tersebut, atau memiliki adik, keponakan, saudara, teman, anak yang kira-kira akan mendapat manfaat dari video saya:
Apakah kalian ingin tahu "Life at Google" tentang pengalaman di Google termasuk tips untuk bekerja di sana?
Atau kalian ingin mempelajari "Product Management" bagaimana membuat produk yang disukai oleh user?
Atau lebih tertarik dengan “Entrepreneurship” cara memulai usaha dan membangun startup sendiri?
Atau lebih suka "Engineering" membahas teknologi networking, cloud, IoT, Big Data, automation, dan karir di IT?
Atau lebih senang mendengar "Indonesian living abroad" tentang berbagai kisah dan tips bekerja di luar negri?
YouTube memang memberikan dashboard yang cukup komprehensif untuk melihat berapa banyak yang menonton video, berapa lama dan dari mana saja. Tapi saya lebih tertarik untuk mendengarkan langsung feedback dari kalian.
Silahkan tinggalkan komentar di setiap video, atau jika berkenan like video yang disuka, dan mungkin subscribe ke channel Transforming Generations serta aktifkan notifikasi untuk mendapat video terbaru https://www.youtube.com/c/himawannugroho
Terima kasih.
Monday, August 6, 2018
Jangan Membangun Tech Startup di Indonesia
"A startup is an organization formed to search for a repeatable and scalable business model"
-- Steve Blank
Definisi lepas dari Tech Startup adalah perusahaan yang menghasilkan dan menjual produk teknologi, bisa dalam bentuk software, hardware, atau keduanya, yang sedang mencari model bisnis yang berulang dan bisa dikembangkan. Banyak perusahaan besar hari ini seperti Google yang memulai sebagai startup selama bertahun-tahun, dan walau sudah memiliki produk yang dipakai banyak orang waktu itu, tapi baru menjadi perusahaan yang stabil setelah menemukan model bisnis yang bisa menghasilkan profit yang cukup untuk membiayai jalannya perusahaan tanpa harus mengandalkan suntikan modal dari investor.
Selama masih berstatus startup, perusahaan berfokus di dua hal:
1. Membuat produk bagus yang mau digunakan oleh banyak orang, yang disebut user
2. Menemukan cara untuk mendapat pemasukan dari produk tersebut, bisa dengan cara meminta bayaran langsung dari user atau dengan cara lain. Misalnya Google mendapat pemasukan dari bisnis iklan, atau lebih tepatnya targeted advertising, dengan memanfaatkan data-data dari user produk mereka agar pemasang iklan bisa mendapat target yang tepat
Beberapa perusahaan tech startup di dunia yang mengubah pola hidup orang banyak, misalnya Uber yang melakukan revolusi di transportasi membuat orang tidak perlu untuk memiliki mobil pribadi, atau Airbnb yang membuat setiap orang bisa menyewakan rumahnya. Dua perusahaan ini adalah contoh dari "decacorn" yaitu perusahaan yang di valuasi bernilai lebih dari $10 milyar. Valuasi adalah berapa nilai perusahaan oleh pasar, yang dilihat dari berapa besar investasi uang yang masuk dari investor untuk membeli sebagian saham perusahaan. Nilai perusahaan oleh pasar tidak selalu menggambarkan model bisnis yang sebenarnya, misal Uber sebagai decacorn sampai awal 2018 masih belum menghasilkan profit.
Indonesia pun sudah memiliki beberapa "unicorn" yaitu perusahaan yang di valuasi bernilai lebih dari $1 milyar, seperti Go-Jek, Tokopedia, Traveloka dan Bukalapak. Perusahaan-perusahaan ini juga mengubah pola hidup banyak orang di Indonesia mulai dari food delivery sampai ke cara kita berbelanja berbagai barang, dan para pendirinya bisa masuk ke dalam daftar 150 orang terkaya di Indonesia versi Globe Asia.
Tidak semua tech startup bisa sukses. Banyak yang bahkan sudah mencapai unicorn tapi akhirnya tutup. Ada yang menyebutkan 90% startup pasti gagal. Namun kesempatan untuk bisa melakukan inovasi yang membuat manfaat yang besar buat banyak orang, menjadi bagian dari 10% startup yang sukses, dengan bonus bagi para pendirinya untuk bisa sukses juga secara finansial, seharusnya membuat lebih banyak orang di Indonesia yang tertarik untuk membangun Tech Startup.
Tulisan ini mencoba mengulas singkat mengapa tidak perlu melakukan itu, dengan menggunakan contoh yang dilakukan oleh Jawdat Teknologi Indonesia.
Hidup Dengan Misi
"Your mission, should you choose to accept it, is to put Indonesia in world's technology map"
-- Jawdat's Mission
Dari awal didirikan Jawdat sudah memiliki misi untuk berkompetisi di pasar global dan mensejajarkan diri dengan perusahaan-perusahaan asing besar di bidang Teknologi Informasi. Dimulai dengan menyediakan jasa konsultasi dan pelatihan sampai menjadi penyedia solusi dan membuat produk software sendiri memanfaatkan talenta-talenta muda Indonesia. Membuat produk sendiri adalah cara memperkecil gap skill digital yang dimiliki oleh bangsa kita dengan bangsa lain, sampai pada akhirnya kita mampu menyamai bahkan melampaui mereka.
Berbeda dengan startup unicorn Indonesia yang berfokus di teknologi untuk consumer langsung (B2C), Jawdat menggunakan model bisnis B2B dengan fokus market hari ini di operator telekomunikasi untuk menyediakan teknologi otomasi dari berbagai perangkat jaringan mereka. Unique value proposition yang ditawarkan Jawdat adalah platform agnostic yang mendukung environment operator yang multi-vendor, dengan menggunakan teknologi Software Defined Networking (SDN), workflow automation, dan advanced monitoring and telemetry. Jawdat sekarang mulai berfokus ke produk dan solusi Internet of Things (IoT) berbasis teknologi Big Data dengan infrastruktur yang berada di Cloud yang sudah di otomasi sepenuhnya, dan memiliki fitur Machine Learning untuk melakukan predictive analysis untuk menghasilkan business insight.
We Create Value When We Build Something
"The best of people are those that bring most benefit to the rest of mankind"
-- Prophet Muhammad PBUH
Untuk membuat produk software sendiri, walaupun software, tetap tidak mudah dan tidak murah. Hanya Jawdat menyadari ini harus dilakukan jika ingin memberi manfaat lebih besar. Membuat produk sendiri membutuhkan investasi modal uang dan waktu untuk melakukan Research & Development (R&D). Setelah sebelumnya team hanya berisi konsultan di bidang jaringan yang menawarkan servis konsultasi dan pelatihan, Jawdat Engineering dibentuk untuk menjawab kebutuhan customer yang memerlukan platform otomasi yang lebih sesuai dengan workflow mereka dan juga lebih ekonomis dibanding produk buatan vendor asing.
Hasilnya? Produk Dbots (FCM dan SSM) buatan Jawdat yang digunakan oleh TelkomTelstra selain membantu menurunkan biaya operasional sampai lebih dari 80%, juga banyak mendapat penghargaan seperti World Communication Award 2017, ACA Innovation Award 2017, dan Stevie Winner Award 2017. David Gee, COO dari TelkomTelstra menuliskan penjelasan tentang Dbots di website Telstra. Ini hanya salah satu bukti bahwa Jawdat, dan anak-anak muda Indonesia, mampu membuat produk berkualitas untuk berkompetisi dengan produk buatan perusahaan asing.
Aset Terbesar Tech Startup Adalah Orang
"The biggest reason why startups succeed today is timing. The next reason, is the team"
-- Bill Gross, TED2015
Dalam laporan keuangan Desember 2016, Google menyatakan bahwa dari total 72053 pegawai tetap saat itu 27169 pegawai (~37%) melakukan Research & Development. Ini adalah kunci kesuksesan Google dalam membuat banyak produk seperti Maps dan Youtube yang digunakan lebih dari 1 milyar orang. Dan pegawai Google diberi kebebasan buat melakukan inovasi baru, produk seperti Gmail dimulai dari program 20% yaitu program yang memberi kesempatan 1 hari dalam seminggu untuk pegawai membuat sesuatu walaupun tidak berhubungan dengan pekerjaan yang dilakukan.
Sampai hari ini Jawdat masih memiliki persentase jumlah engineer lebih dari 60% dibandingkan jumlah pegawai untuk fungsi lain seperti sales dan operasional. Jawdat Engineering berisi orang-orang yang memiliki pengalaman yang bervariasi mulai dari perusahaan startup lain sampai perusahaan besar seperti Cisco Systems, Ericsson, Telkomsel, Indosat, XL Axiata, Lintasarta, RCTI, Dimension Data, Packet System, Multipolar, dan lainnya. Ada yang latar belakang pendidikannya dari SMK sampai gelar Master di berbagai universitas di Indonesia sampai dari universitas di Inggris, Swedia dan Belanda.
Berbeda dengan ketika perusahaan hanya menawarkan jasa konsultasi dan pelatihan, dimana pendiripun bisa mengerjakan sendiri, untuk perusahaan yang berfokus membuat produk teknologi maka perlu membuat sistem agar para engineer bisa melakukan inovasi juga memiliki jalur yang jelas untuk mengembangkan karir mereka.
Rekrut orang-orang yang kompeten. Bangun team yang punya motivasi tinggi untuk membuat produk sendiri. Kemudian bikin sistem operasional perusahaan yang memfasilitasi mereka untuk berinovasi.
If you are not the time teller, be the clock maker.
Jangan Membangun Tech Startup di Indonesia
Kesimpulan akhir dari tulisan ini adalah, jangan membangun Tech Startup di Indonesia jika:
1. Tidak mau mempunyai misi yang lebih dari sekedar mencari profit
2. Tidak mau membuat produk atau servis baru yang memerlukan R&D
3. Tidak mau membangun team engineering dan membuat sistem operasional yang mendukung mereka untuk berinovasi
Dan buat yang tertarik untuk bergabung di tech startup seperti Jawdat, merasa memiliki misi yang sama, selalu ada posisi terbuka dari mulai junior software engineer sampai ke engineering team leader dan manager. Jawdat selalu mencari orang dengan integritas tinggi, mau bekerja keras di kondisi startup yang masih berubah-ubah, dan memiliki chemistry yang baik dengan anggota team Engineering lainnya.
Attitude is everything. Skill bisa di develop tapi tanpa integritas, seseorang tidak akan bisa mempertahankan reputasinya di dunia IT yang tergolong kecil.
Silahkan kirim CV berikut jawaban dari pertanyaan: "mengapa Jawdat Engineering harus menerima kamu?" ke recruitment@jawdat.com
-- Steve Blank
Definisi lepas dari Tech Startup adalah perusahaan yang menghasilkan dan menjual produk teknologi, bisa dalam bentuk software, hardware, atau keduanya, yang sedang mencari model bisnis yang berulang dan bisa dikembangkan. Banyak perusahaan besar hari ini seperti Google yang memulai sebagai startup selama bertahun-tahun, dan walau sudah memiliki produk yang dipakai banyak orang waktu itu, tapi baru menjadi perusahaan yang stabil setelah menemukan model bisnis yang bisa menghasilkan profit yang cukup untuk membiayai jalannya perusahaan tanpa harus mengandalkan suntikan modal dari investor.
Selama masih berstatus startup, perusahaan berfokus di dua hal:
1. Membuat produk bagus yang mau digunakan oleh banyak orang, yang disebut user
2. Menemukan cara untuk mendapat pemasukan dari produk tersebut, bisa dengan cara meminta bayaran langsung dari user atau dengan cara lain. Misalnya Google mendapat pemasukan dari bisnis iklan, atau lebih tepatnya targeted advertising, dengan memanfaatkan data-data dari user produk mereka agar pemasang iklan bisa mendapat target yang tepat
Beberapa perusahaan tech startup di dunia yang mengubah pola hidup orang banyak, misalnya Uber yang melakukan revolusi di transportasi membuat orang tidak perlu untuk memiliki mobil pribadi, atau Airbnb yang membuat setiap orang bisa menyewakan rumahnya. Dua perusahaan ini adalah contoh dari "decacorn" yaitu perusahaan yang di valuasi bernilai lebih dari $10 milyar. Valuasi adalah berapa nilai perusahaan oleh pasar, yang dilihat dari berapa besar investasi uang yang masuk dari investor untuk membeli sebagian saham perusahaan. Nilai perusahaan oleh pasar tidak selalu menggambarkan model bisnis yang sebenarnya, misal Uber sebagai decacorn sampai awal 2018 masih belum menghasilkan profit.
Indonesia pun sudah memiliki beberapa "unicorn" yaitu perusahaan yang di valuasi bernilai lebih dari $1 milyar, seperti Go-Jek, Tokopedia, Traveloka dan Bukalapak. Perusahaan-perusahaan ini juga mengubah pola hidup banyak orang di Indonesia mulai dari food delivery sampai ke cara kita berbelanja berbagai barang, dan para pendirinya bisa masuk ke dalam daftar 150 orang terkaya di Indonesia versi Globe Asia.
Tidak semua tech startup bisa sukses. Banyak yang bahkan sudah mencapai unicorn tapi akhirnya tutup. Ada yang menyebutkan 90% startup pasti gagal. Namun kesempatan untuk bisa melakukan inovasi yang membuat manfaat yang besar buat banyak orang, menjadi bagian dari 10% startup yang sukses, dengan bonus bagi para pendirinya untuk bisa sukses juga secara finansial, seharusnya membuat lebih banyak orang di Indonesia yang tertarik untuk membangun Tech Startup.
Tulisan ini mencoba mengulas singkat mengapa tidak perlu melakukan itu, dengan menggunakan contoh yang dilakukan oleh Jawdat Teknologi Indonesia.
Hidup Dengan Misi
"Your mission, should you choose to accept it, is to put Indonesia in world's technology map"
-- Jawdat's Mission
Dari awal didirikan Jawdat sudah memiliki misi untuk berkompetisi di pasar global dan mensejajarkan diri dengan perusahaan-perusahaan asing besar di bidang Teknologi Informasi. Dimulai dengan menyediakan jasa konsultasi dan pelatihan sampai menjadi penyedia solusi dan membuat produk software sendiri memanfaatkan talenta-talenta muda Indonesia. Membuat produk sendiri adalah cara memperkecil gap skill digital yang dimiliki oleh bangsa kita dengan bangsa lain, sampai pada akhirnya kita mampu menyamai bahkan melampaui mereka.
Berbeda dengan startup unicorn Indonesia yang berfokus di teknologi untuk consumer langsung (B2C), Jawdat menggunakan model bisnis B2B dengan fokus market hari ini di operator telekomunikasi untuk menyediakan teknologi otomasi dari berbagai perangkat jaringan mereka. Unique value proposition yang ditawarkan Jawdat adalah platform agnostic yang mendukung environment operator yang multi-vendor, dengan menggunakan teknologi Software Defined Networking (SDN), workflow automation, dan advanced monitoring and telemetry. Jawdat sekarang mulai berfokus ke produk dan solusi Internet of Things (IoT) berbasis teknologi Big Data dengan infrastruktur yang berada di Cloud yang sudah di otomasi sepenuhnya, dan memiliki fitur Machine Learning untuk melakukan predictive analysis untuk menghasilkan business insight.
We Create Value When We Build Something
"The best of people are those that bring most benefit to the rest of mankind"
-- Prophet Muhammad PBUH
Untuk membuat produk software sendiri, walaupun software, tetap tidak mudah dan tidak murah. Hanya Jawdat menyadari ini harus dilakukan jika ingin memberi manfaat lebih besar. Membuat produk sendiri membutuhkan investasi modal uang dan waktu untuk melakukan Research & Development (R&D). Setelah sebelumnya team hanya berisi konsultan di bidang jaringan yang menawarkan servis konsultasi dan pelatihan, Jawdat Engineering dibentuk untuk menjawab kebutuhan customer yang memerlukan platform otomasi yang lebih sesuai dengan workflow mereka dan juga lebih ekonomis dibanding produk buatan vendor asing.
Hasilnya? Produk Dbots (FCM dan SSM) buatan Jawdat yang digunakan oleh TelkomTelstra selain membantu menurunkan biaya operasional sampai lebih dari 80%, juga banyak mendapat penghargaan seperti World Communication Award 2017, ACA Innovation Award 2017, dan Stevie Winner Award 2017. David Gee, COO dari TelkomTelstra menuliskan penjelasan tentang Dbots di website Telstra. Ini hanya salah satu bukti bahwa Jawdat, dan anak-anak muda Indonesia, mampu membuat produk berkualitas untuk berkompetisi dengan produk buatan perusahaan asing.
Aset Terbesar Tech Startup Adalah Orang
"The biggest reason why startups succeed today is timing. The next reason, is the team"
-- Bill Gross, TED2015
Dalam laporan keuangan Desember 2016, Google menyatakan bahwa dari total 72053 pegawai tetap saat itu 27169 pegawai (~37%) melakukan Research & Development. Ini adalah kunci kesuksesan Google dalam membuat banyak produk seperti Maps dan Youtube yang digunakan lebih dari 1 milyar orang. Dan pegawai Google diberi kebebasan buat melakukan inovasi baru, produk seperti Gmail dimulai dari program 20% yaitu program yang memberi kesempatan 1 hari dalam seminggu untuk pegawai membuat sesuatu walaupun tidak berhubungan dengan pekerjaan yang dilakukan.
Sampai hari ini Jawdat masih memiliki persentase jumlah engineer lebih dari 60% dibandingkan jumlah pegawai untuk fungsi lain seperti sales dan operasional. Jawdat Engineering berisi orang-orang yang memiliki pengalaman yang bervariasi mulai dari perusahaan startup lain sampai perusahaan besar seperti Cisco Systems, Ericsson, Telkomsel, Indosat, XL Axiata, Lintasarta, RCTI, Dimension Data, Packet System, Multipolar, dan lainnya. Ada yang latar belakang pendidikannya dari SMK sampai gelar Master di berbagai universitas di Indonesia sampai dari universitas di Inggris, Swedia dan Belanda.
Berbeda dengan ketika perusahaan hanya menawarkan jasa konsultasi dan pelatihan, dimana pendiripun bisa mengerjakan sendiri, untuk perusahaan yang berfokus membuat produk teknologi maka perlu membuat sistem agar para engineer bisa melakukan inovasi juga memiliki jalur yang jelas untuk mengembangkan karir mereka.
Rekrut orang-orang yang kompeten. Bangun team yang punya motivasi tinggi untuk membuat produk sendiri. Kemudian bikin sistem operasional perusahaan yang memfasilitasi mereka untuk berinovasi.
If you are not the time teller, be the clock maker.
Jangan Membangun Tech Startup di Indonesia
Kesimpulan akhir dari tulisan ini adalah, jangan membangun Tech Startup di Indonesia jika:
1. Tidak mau mempunyai misi yang lebih dari sekedar mencari profit
2. Tidak mau membuat produk atau servis baru yang memerlukan R&D
3. Tidak mau membangun team engineering dan membuat sistem operasional yang mendukung mereka untuk berinovasi
Dan buat yang tertarik untuk bergabung di tech startup seperti Jawdat, merasa memiliki misi yang sama, selalu ada posisi terbuka dari mulai junior software engineer sampai ke engineering team leader dan manager. Jawdat selalu mencari orang dengan integritas tinggi, mau bekerja keras di kondisi startup yang masih berubah-ubah, dan memiliki chemistry yang baik dengan anggota team Engineering lainnya.
Attitude is everything. Skill bisa di develop tapi tanpa integritas, seseorang tidak akan bisa mempertahankan reputasinya di dunia IT yang tergolong kecil.
Silahkan kirim CV berikut jawaban dari pertanyaan: "mengapa Jawdat Engineering harus menerima kamu?" ke recruitment@jawdat.com
Friday, January 26, 2018
Jawdat Mencari Pemimpin Untuk Crossing the Chasm
Dari awal didirikan Jawdat sudah memiliki misi untuk berkompetisi di pasar global dan mensejajarkan diri dengan perusahaan-perusahaan asing besar di bidang Teknologi Informasi. Dimulai dengan menyediakan jasa konsultasi dan pelatihan sampai menjadi penyedia solusi dan membuat produk software sendiri memanfaatkan talenta-talenta muda Indonesia. Membuat produk sendiri adalah cara memperkecil gap skill digital yang dimiliki oleh bangsa kita dengan bangsa lain, sampai pada akhirnya kita mampu menyamai bahkan melampaui mereka.
Jawdat memiliki fokus market operator telekomunikasi, dan produk kita berada dicakupan Network Orchestration and Management. Unique value proposition yang ditawarkan Jawdat adalah platform agnostic yang mendukung environment operator yang multi-vendor, dengan menggunakan teknologi Software Defined Networking (SDN), otomasi, dan advanced monitoring and telemetry, sambil mulai masuk ke area Internet of Things (IoT) dan memperkenalkan fitur Machine Learning untuk melakukan predictive analysis.
Produk Dbots yang digunakan oleh TelkomTelstra selain membantu menurunkan biaya operasional sampai lebih dari 80%, juga banyak mendapat penghargaan seperti World Communication Award 2017, ACA Innovation Award 2017, dan Stevie Winner Award 2017. David Gee, COO dari TelkomTelstra menuliskan penjelasan tentang Dbots di website Telstra. Ini hanya salah satu bukti bahwa Jawdat, dan anak-anak muda Indonesia, mampu membuat produk berkualitas untuk berkompetisi dengan produk buatan perusahaan asing.
Dan sekarang Jawdat sedang mencari pemimpin baru agar produk kita bisa berhasil "Crossing the Chasm".
Crossing the Chasm adalah konsep yang dijelaskan oleh Geoffrey A. Moore di bukunya tentang "chasm" atau jurang antara kelompok customer yang berbeda, yaitu customer di early market seperti early adopter, dan customer yang masuk kelompok mayoritas di mainstream market seperti early majority. Keberhasilan memasarkan produk pada kelompok early market belum tentu dapat berhasil di mainstream. Banyak perusahaan IT baru yang mengembangkan produk yang bagus, kemudian laku sesaat tetapi kemudian perusahaannya tidak bisa tumbuh karena mereka tidak dapat menyeberangi chasm untuk memasuki pasar mainstream atau pasar yang sebenarnya.
Seluruh team Jawdat berterima kasih kepada Tedhi Achdiana yang sudah mengembangkan perusahaan dari awal didirikan, dari 3 orang sampai menjadi lebih dari 30 orang hari ini. Tedhi memutuskan untuk fokus ke perusahaan baru yang dia dirikan beberapa waktu lalu.
Jawdat mencari pemimpin untuk Crossing the Chasm. Silahkan menghubungi saya jika tertarik untuk mendiskusikan tentang hal ini.
Jawdat memiliki fokus market operator telekomunikasi, dan produk kita berada dicakupan Network Orchestration and Management. Unique value proposition yang ditawarkan Jawdat adalah platform agnostic yang mendukung environment operator yang multi-vendor, dengan menggunakan teknologi Software Defined Networking (SDN), otomasi, dan advanced monitoring and telemetry, sambil mulai masuk ke area Internet of Things (IoT) dan memperkenalkan fitur Machine Learning untuk melakukan predictive analysis.
Produk Dbots yang digunakan oleh TelkomTelstra selain membantu menurunkan biaya operasional sampai lebih dari 80%, juga banyak mendapat penghargaan seperti World Communication Award 2017, ACA Innovation Award 2017, dan Stevie Winner Award 2017. David Gee, COO dari TelkomTelstra menuliskan penjelasan tentang Dbots di website Telstra. Ini hanya salah satu bukti bahwa Jawdat, dan anak-anak muda Indonesia, mampu membuat produk berkualitas untuk berkompetisi dengan produk buatan perusahaan asing.
Dan sekarang Jawdat sedang mencari pemimpin baru agar produk kita bisa berhasil "Crossing the Chasm".
Crossing the Chasm adalah konsep yang dijelaskan oleh Geoffrey A. Moore di bukunya tentang "chasm" atau jurang antara kelompok customer yang berbeda, yaitu customer di early market seperti early adopter, dan customer yang masuk kelompok mayoritas di mainstream market seperti early majority. Keberhasilan memasarkan produk pada kelompok early market belum tentu dapat berhasil di mainstream. Banyak perusahaan IT baru yang mengembangkan produk yang bagus, kemudian laku sesaat tetapi kemudian perusahaannya tidak bisa tumbuh karena mereka tidak dapat menyeberangi chasm untuk memasuki pasar mainstream atau pasar yang sebenarnya.
Seluruh team Jawdat berterima kasih kepada Tedhi Achdiana yang sudah mengembangkan perusahaan dari awal didirikan, dari 3 orang sampai menjadi lebih dari 30 orang hari ini. Tedhi memutuskan untuk fokus ke perusahaan baru yang dia dirikan beberapa waktu lalu.
Jawdat mencari pemimpin untuk Crossing the Chasm. Silahkan menghubungi saya jika tertarik untuk mendiskusikan tentang hal ini.
Sunday, October 15, 2017
Mencari Network Software Engineer Baru
Kisah Jawdat adalah kisah klasik perusahaan underdog melawan perusahaan besar. Atau kisah David vs. Goliath. Didirikan di akhir tahun 2012 sebagai perusahaan yang menyediakan jasa konsultasi dan pelatihan di bidang Teknologi Informasi (TI), mulai akhir 2014 Jawdat mengubah fokus menjadi penyedia solusi dan membuat produk software sendiri di bidang Software Defined Networking (SDN), network automation, dan advanced monitoring and telemetry. Walau sudah dipercaya untuk meng otomasi perangkat-perangkat customer yang merupakan perusahaan telekomunikasi terbesar di Indonesia seperti group Telkom dan Lintasarta, Jawdat sering harus berkompetisi dengan produk buatan perusahaan asing seperti Cisco, Fortinet dan Velocloud.
When you are smaller, you need to be faster and smarter. Kekuatan utama Jawdat terletak di kemampuan perusahaan untuk beradaptasi dalam memberikan solusi terbaik untuk pelanggan. Menggunakan prinsip vendor agnostic yang berarti produk software NMS/automation Jadwat bisa jalan di atas hardware apa saja, dan juga prinsip multi-vendor yang berarti produk software bisa digunakan untuk melakukan otomasi perangkat vendor apa saja. Team engineering masih relatif kecil, tapi rata-rata memiliki kompetensi dan pengalaman intensif dalam memberikan solusi dan membuat software di bidang networking. Network Engineer di Jawdat sudah ber transformasi menjadi Network Software Engineer, mampu memecahkan masalah di jaringan komputer dengan pendekatan computer science. Tidak heran engineer Jawdat banyak direkrut oleh perusahaan seperti Cisco Indonesia dan Cisco APAC, Bukalapak, Tokopedia sampai SingTel.
Dan sekarang Jawdat sedang mencari talenta-talenta baru buat menjadi Network Software Engineer berikutnya. Mereka yang tertarik untuk membangun produk Intent-Based Networking. Yang mau memecahkan masalah customer dengan automation, advance telemetry sampai nanti menggunakan Machine Learning di networking. Yang mengerti data structure dan algoritma. Mereka yang menguasai setidaknya bahasa pemrograman seperti Python, dan juga NoSQL sampai Big Data infrastructure. Mampu bekerja sebagai Full Stack engineer di web based platform atau setidaknya di Backend. Terbiasa menggunakan version control. Yang selalu berkomunikasi dengan API, menggunakan Linux sehari-hari, dan sudah terbiasa bekerja dengan Cloud. Dan tentunya: yang berani untuk membuat produk software sendiri untuk berkompetisi dengan software perusahaan besar asing.
Tertarik untuk apply? Silahkan lihat diagram berikut:
Tantangan: bagaimana cara melakukan zero touch atau setidaknya sentuhan manusia seminimum mungkin sehingga akhirnya VNF di atas VCPE platform di sebelah kanan bisa berkomunikasi dengan hardware CPE di kiri. Pikirkan fungsi control apa yang harus dilakukan oleh Cloud-based Automation Engine. Pikirkan bagaimana proses setup dan konfigurasi otomatis dari VCPE baru dari awal ketika belum di setup sama sekali. Pikirkan bagaimana VCPE bisa auto connect ke GW di Cloud, dan GW sampai legacy MPLS networking juga di auto configure sehingga tersedia end-to-end forwarding path dari VCPE ke CPE. Pikirkan fungsi monitoring apa saja yang harus dilakukan. Dan akhirnya, pikirkan komponen sistem dari software yang harus dibangun buat bisa mewujudkan itu semua. Pikirkan northbound dan southbound API, juga API antara komponen di dalam sistem. Bonus poin untuk pemikiran tentang input validation dan error handling.
Sudah dipikirkan? Silahkan bikin tulisan untuk pitching ke kita. Format dokumen boleh text, doc, slide, diagram bahkan snippet code dengan comment kalo mau. Kirimkan ke info@jawdat.com dengan subject: “Network Software Engineer”. Jika mampu melakukan ini dalam waktu 24 jam ke depan, akan saya interview sendiri di Jakarta hari Rabu dan Kamis ini, dengan tawaran pekerjaan langsung di akhir minggu.
Tantangan ini terbuka buat siapa saja tanpa melihat latar belakang pendidikan, jumlah tahun pengalaman, maupun faktor SARA. Good luck.
Monday, July 31, 2017
Membangun Produk SDN, Bandung 7 Agustus 2017
Insha Allah saya akan berada di Telkom University Bandung hari Senin pagi 7 Agustus untuk membawakan workshop "Building Software Defined Networking (SDN) Product". Ini adalah bagian terakhir dari SDN Trilogy setelah sebelumnya kita membuat workshop Building SDN Skills (with Hackathon) dan SDN Industry di tahun 2015 dan 2016. Materi pembahasan workshop mulai dari market SDN dan opportunity, perkembangan teknologi SDN yang sekarang lebih mengarah ke otomasi dan Intent-based Networking, product management dan Agile software development, sampai ke contoh kasus bagaimana membuat produk Jawdat yang mampu berkompetisi dengan produk buatan vendor asing besar dan meraih banyak award. Sampai bertemu di Bandung, dan terima kasih sebelumnya kepada Telkom University sebagai penyelenggara
Wednesday, July 26, 2017
Membangun Produk SDN, Jakarta, Agustus 2017
Hi all, Insha Allah saya akan berada di Indonesia minggu ke dua Agustus. Hari Rabu pagi tanggal 9 Agustus saya punya waktu untuk memberikan workshop 3 jam di Jakarta tentang "Membangun Produk SDN (Software Defined Networking)" dengan materi mulai dari pembahasan market dan opportunity, perkembangan teknologi SDN yang sekarang lebih mengarah ke otomasi dan Intent-based Networking, product management dan Agile software development, sampai ke contoh kasus produk buatan Jawdat yang mampu berkompetisi dengan produk buatan vendor asing besar dan meraih banyak award. Saya mencari pihak yang mau menyediakan tempat, projector dan sound, dan bersedia mengadakan acara ini secara gratis karena saya juga tidak akan memungut bayaran. Silahkan jika ada yang tertarik untuk menjadi penyelengara hubungi info@jawdat.com dan sertakan nama instansi/organisasi/sekolah berikut informasi tentang tempat, kapasitas dan fasilitas yang bisa disediakan. Terima kasih
Subscribe to:
Posts (Atom)